Sabtu, 01 Oktober 2011

Dua Tahun Berlalu

Wah tidak terasa dua tahun sudah berlalu sejak tulisan pertama saya. Alhamdullilah, Allah swt. masih memberi saya umur untuk menulis hal-hal yang menurut saya kurang penting untuk ditulis. Menurut anda? Oh mungkin blog ini tidak penting. Tapi biarlah, ini blog punya saya, bukan punya Anda. Buat apa juga anda mikirin (mikirin : memikirkan, Bahasa Indonesia Yang Menurut Orang Kurang Baik dan Kurang Benar) penting tidaknya blog ini. Justru hal itu saya rasa yang tidak penting bukan? Oh sudahlah.

Jadi Anda pasti berpikir apa yang saya lakukan selama dua tahun ini bukan? Atau tidak? Kalau tidak, biarkan saya berpikir kalau anda memikirkannya. Biar postingan ini bisa nyambung dari awal sampai akhir. Oke? Sip. Saya suka diri saya.

Selama dua tahun ini sudah banyak yang terjadi. Misalnya saja tentang Gayus. Siapa dia? Saya yakin Anda sebenarnya sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu saja karena ingin tahu apa yang akan saya tulis tentang Gayus. Jadi intinya adalah Gayus bisa jadi terkenal sedangkan saya tidak terkenal. Oh mungkin itu gara-gara dia dikabarkan korupsi jadi bisa masuk TV. Maksud saya diberitakan di TV, bukan masuk ke dalam pesawat televisi. Rupa-rupanya Gayus ingin terkenal jadinya korupsi. Pintar sekali dia. Sekali dayung lebih dari 2 pulau terlampui. Dia dapat uang cepat; jadi terkenal; jadi punya kenalan pengacara, polisi, jaksa, hakim; bisa naik pesawat gratis sambil dikawal polisi; dan lain-lain. Padahal dalam dua tahun ini saja saya baru bisa menyelesaikan pendidikan di SMA dan masuk perguruan tinggi. Usaha Gayus dalam mencari ketenaran patut diacungi jempol. Kenapa? Ya, dia kan berhasil jadi terkenal gitu loh (gitu loh itu... Aduh saya sulit menjelaskan maknanya).

Lalu ada juga komik-komik baru yang terbit. Anda suka dengan komik? Suka? Komik apa? Komik Jepang, komik Amerika, komik China, atau komik Indonesia? Oh kalau saya sih lebih suka komik Jepang. Apa? Gak nyambung dengan paragraf sebelumnya? Tidak apa. Itu cara saya menulis. Anda juga pasti punya gaya menulis sendiri, bukan? Kalau saya memberi nama cara menulis seperti ini "menulis renggang" karena dalam setiap paragraf bisa diselipkan paragraf baru yang tidak berhubungan dengan paragraf sebelum dan sesudahnya. Oh mungkin Anda tidak terlalu peduli, tapi saya sekedar memberi informasi saja. Atau jangan-jangan Anda menganggap saya jenius karena punya cara baru dalam menulis? Terima kasih tapi kalau begitu Anda sudah berlaku tidak sopan pada guru/mantan guru bahasa Anda. Kenapa? Karena guru-guru bahasa bilang kalau menulis harus koheren (koheren itu apa ya? Tiba-tiba saja kata itu muncul dalam kepala saya) antara kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf. Jadi hormatilah guru dan sayangi orang tua Anda dengan cara tidak mengikuti cara saya menulis. Carilah cara menulis sendiri yang sesuai Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar.

Terus di Bandung, lebih tepatnya di perempatan jalan Kebon Jati dan Gardujati, ada juga hotel tua yang direnovasi. Waktu SMA biasanya saya nyegat angkot disekitar situ (nyegat angkot : meminta supir angkot untuk menghentikan angkotnya biar bisa saya naiki angkotnya). Sekarang hotel itu sudah bagus. Kalau saya benar, pasti namanya Hotel Surabaya. Surabaya tapi ada di Bandung? Menurut saya yang memberi nama hotel itu begitu benar-benar jenius. Kenapa? Ah pingin tau aja. Coba tebak deh. Oh kembali ke cerita semula. Apa ya? Oh iya Hotel Surabaya. Jadi hotel itu sekarang sudah bagus. Terus? Ya sudah hanya itu. Saya kan bukan yang punya hotel. Mungkin sekarang hotel itu sudah banyak pengunjung, siapa tau. Pingin tau? Cobalah Anda datang ke Bandung yang terkenal oleh oleh-olehnya yang oleh yang pernah datang ke Bandung dan membeli oleh-oleh, oleh dia diberikan ke kerabatnya sebagai oleh-oleh dari Bandung yang oleh orang Bandung sendiri itu bukanlah oleh-oleh. Mungkin Anda akan tahu bagaimana keadaan hotel itu sekarang. Ngomong-ngomong hotel "itu" itu apa ya? Oh iya, Hotel Surabaya yang ada di Bandung. Semoga saja hotel itu sekarang banyak yang menginap, jadi manager, resepsionis, bell boy, dan koki yang bekerja di sana bisa menghidupi keluarganya dengan hasil yang halal. Amin.

Jadi selama dua tahun ini sudah banyak yang berubah. Rambut saya sudah panjang karena tidak dipotong. Oh tapi itu tidak butuh waktu dua tahun rasanya. Hmm, apa ya? Oh iya, dua tahun ini saya jadi punya teman baru. Tidak seperti baju baru yang kalau sudah jelek lalu dibuang, teman baru meskipun jelek tidak bisa dibuang. Teman baru pasti mau mentraktir kita makan kalau kita memaksa dan pakai jotos (jotos : kekuatan). Secara ekonomis teman baru lebih menguntungkan daripada baju baru. Selama dua tahun ini saya dapat banyak teman baru, meskipun teman baru itu jelek. Eh ada yang jelek gak ya? Oh saya rasa tidak ada. Subhanallah. Saking banyaknya teman saya, saya sendiri sampai lupa siapa teman saya. Tentu saja saya tidak lupa dengan teman lama saya. Eh tapi saya jadi kepikiran, memang ada ya istilah teman lama dan teman baru? Nanti saya cari di google.

Wah, ternyata saya sudah menulis banyak sekali. Tidak terasa saya sudah menulis hal-hal edukatif (edukatif : sifatnya mendidik. Baik atau buruk itu terserah Anda) seperti ini. Kesimpulannya, dua tahun adalah waktu yang cukup buat orang jadi terkenal, kota jadi berubah, dan menambah teman. Alhamdullilah, dua tahun itu lebih dari cukup untuk memanjangkan rambut (dan juga kumis dan jenggot kalau Anda mau dan Anda laki-laki). Lebih baik Anda juga manfaatkan waktu dua tahun biar dapat jodoh atau pekerjaan. Biar bisa foya-foya sekalian beramal.

2 komentar:

  1. update : teman lama dan teman baru itu facebook. Hmm, sepertinya ada yang salah dengan google.

    BalasHapus
  2. Oh, ternyata teman lama dan teman baru itu istilah yang sering digunakan di jejaring sosial.

    Teman lama = teman yang ingin dicari di situs jejaring sosial

    Teman baru = orang yang ingin di "add" di situs jejaring sosial

    BalasHapus

Silakan berkomentar sesuka Anda karena pada dasarnya saya tidak peduli apa komentar Anda.