Senin, 12 Desember 2011

Jadi Batu

Tahukah Anda dengan Doraemon? Kalau tidak tahu biarlah saya asumsikan Anda sudah tahu dengan yang namanya Doraemon. Jadi ngomong-ngomong -- sebenarnya tidak perlu diomong-omongkan karena memang itu yang mau saya omongin -- Doraemon punya alat yang namanya "Topi Kerikil". Orang pakai ini katanya bisa bikin si pemakainya jadi tidak dianggap seperti kerikil. Kalau kata saya yang bikin alat ini hebat kalau memang benar-benar ada. Kenapa? Baiklah. Akan saya beri tahu secara sepihak meskipun mungkin Anda tidak terlalu ingin tahu juga.

Jadi kalau Anda pakai topi ini Anda jadi bisa merasakan perasaannya si batu (kalau batu memang punya perasaan, atau anggaplah dia punya biar anda bisa mengira-ngira rasanya jadi batu). Anda tahu batu, kan? Ya mungkin Anda tidak peduli. Nah, itu dia! Di situlah hebatnya kalau Anda bisa jadi batu. Anda bisa merasakan kalau Anda tidak dipedulikan orang lain. Hmm... Bagaimana rasanya ya? Pastinya Anda bisa jahil kalau Anda mau. Kalau kata Siegmund Freud "superego Anda jadi lemah". Terus Anda bisa juga telanjang di tengah kota tanpa ada yang peduli. Wow! Pengalaman baru!

Terus tahukah Anda kalau batu umurnya panjang? Iya. Soalnya dia tidak punya metabolisme. Jadi cuma bertambah tua karena entropinya makin besar. Oh kayaknya tidak nyambung dengan paragraf sebelumnya ya? Ya sudah saya mau cerita soal batu saja. Ee.... Barusan sampai mana ya? Oh iya. Batu itu panjang umur. Jadi... Jadi apa ya? Jadi batu! Oh itu kata-katanya ibunya Malin Kundang. Malin Kundang jadi batu berarti umurnya jadi panjang. Malin Kundang jadi tahu rasanya jadi batu. Mungkin dia satu-satunya orang di Indonesia yang tahu rasanya jadi batu. Sayang, karena sudah jadi batu dia jadi tidak bisa cerita bagaimana rasanya jadi batu.

Nah, sekarang kira-kira bagaimana rasanya jadi batu? Kalau Anda suka sejarah, saya rasa jadi batu itu menguntungkan. Soalnya bisa ikut serta jadi saksi sejarah sejak alam semesta masih debu sampai entah kapan. Sayang, karena si batu itu batu jadi tidak bisa cerita tentang kejadian-kejadian bersejarah. Oh, tapi ngomong-ngomong orang jaman dulu sepertinya bersahabat dengan batu sampai-sampai si batu dibuat prasasti dan benda berguna lainnya (berguna menurut orang jaman dahulu). Untung si batu panjang umur. Kita jadi bisa mengira-ngira kisah persahabatan orang jaman dahulu dengan si batu yang sudah jadi prasasti itu. Berarti secara tidak langsung kita sudah berguru kepada si batu. Oh batu, betapa tangguhnya engkau...

Oh saya juga jadi ingat di perguruan tinggi tempat saya berguru ada fakultas yang belajar batu. Maksud saya belajar bersama batu. Eh, atau belajar dari batu ya? Pokoknya itu fakultas isinya belajar tentang batu. Hmm... Hebat juga, ada yang masih mau belajar batu. Saya jadi salut. Soalnya orang sekarang kebanyakan lebih tertarik belajar manajemen atau perpajakan. Gak tau deh kenapa. Lebih senang kertas daripada batu sepertinya. Soalnya batu sudah tidak laku jadi alat barter. Padahal kalau semua orang mau, batu bisa jadi alat tukar. Tapi kalau begitu nantinya tidak jelas nilai tukarnya (kata buku pelajaran ekonomi sewaktu SMP).

Nah, kesimpulannya si batu itu bijaksana karena sudah berumur panjang. Jadi lain kali kalau Anda bertemu batu coba sekali-kali Anda berempati dengan si batu. Bisa saja dia sudah mengalami petualangan panjang sampai bisa bertemu dengan Anda, meskipun Anda tidak peduli. Saya rasa jadi batu itu tidak mudah. Kalau jadi batu, Anda cuma bisa diam menunggu diri Anda lapuk sampai jadi debu. Terus kalau sudah jadi debu Anda akan hilang terbawa angin. Tapi sebelum lapuk mungkin Anda bisa melihat berbagai kejadian yang berkesan sewaktu masih utuh jadi batu. Siapa tahu Anda betah jadi batu kalau mencoba jadi batu. Atau mungkin ada alternatif lain. Anda bisa coba jadi temannya batu. Jadi stalaktit misalnya.

Aduh, saya jadi ingin coba pakai "Topi Kerikil" nih...

4 komentar:

  1. Mungkin kalau jadi batu Anda bisa tahu rasanya jadi sesembahan...

    BalasHapus
  2. Kalau Anda ingin berguna bagi masyarakat, rasanya jadi batu itu kurang membawa manfaat...

    BalasHapus

Silakan berkomentar sesuka Anda karena pada dasarnya saya tidak peduli apa komentar Anda.